Halaman

saya

saya
* Mengenai Saya Saya hidup di antara mereka dan Tuhan memberikan apa yang harus saya berikan untuk mereka dengan jalan berkesenian. Solo,19 January 1986....saya di ciptakan tuhan dan di lahirkan di tempat kecil dimana q menyebutnya rumah.Rumah di mana tempat pertama kali q pijak dan q melihat wajah kedua orang tua saya. Mereka membimbing,mengasuh dan memberi q semangat....,semangat untuk sebuah angan"hingga saya tumbuh menjadi dewasa.Tepatnya di tahun 2006,ISI Solo menjadi tempat study,dan menjadi proses jati diri dalam perjalanan hidup saya di seni lukis.Waktu mempertemukan saya dengan teman" dari seni rupa murni dan membentuk komunitas fine art di SOLO bersama mereka.bersama,kami membetuk kehidupan dalam proses berkesenian kami.

Selasa, 07 Februari 2012

PERFORMANCE ART






















beberapa performance art saya di Taman Budaya Jawa Tengah dan

Balai Soedjatmoko Solo.

.WACANA


Mesir Kuno Seni

Para Mesir kuno diproduksi seni untuk melayani tujuan fungsional. Selama lebih dari 3500 tahun, seniman dipatuhi bentuk seni dan ikonografi yang dikembangkan selama Kerajaan Lama, mengikuti seperangkat prinsip-prinsip ketat yang menolak pengaruh asing dan perubahan internal. Standar-standar artistik garis sederhana, bentuk, dan wilayah datar warna dikombinasikan dengan proyeksi datar karakteristik dari tokoh-tokoh tanpa indikasi kedalaman ruang menciptakan rasa ketertiban dan keseimbangan dalam suatu komposisi. Gambar dan teks yang terjalin erat pada dinding candi makam dan, peti mati, stelae, dan bahkan patung. Para Narmer Palette, misalnya, menampilkan tokoh-tokoh yang juga dapat dibaca sebagai hieroglif. Karena aturan-aturan kaku yang diatur penampilan yang sangat bergaya dan simbolik, seni Mesir Kuno melayani tujuan-tujuan politik dan agama dengan presisi dan kejelasan.
Akhenaten, Firaun dari Mesir.  Museum Mesir, Kairo.














 Pengrajin Mesir kuno menggunakan batu mengukir patung dan relief halus, tetapi digunakan kayu sebagai pengganti murah dan mudah diukir. Cat diperoleh dari mineral seperti besi bijih (merah dan ochres kuning), bijih tembaga (biru dan hijau), jelaga atau arang (hitam), dan kapur (putih). Cat bisa dicampur dengan permen karet arab sebagai pengikat dan ditekan menjadi kue, yang dapat dibasahi dengan air bila diperlukan. Firaun digunakan untuk merekam relief kemenangan dalam pertempuran, dekrit kerajaan, dan adegan religius. Warga negara biasa memiliki akses ke karya seni penguburan, seperti patung shabti dan buku-buku dari mati, yang mereka percaya akan melindungi mereka di akhirat. Selama Kerajaan Tengah, model kayu atau tanah liat yang menggambarkan adegan dari kehidupan sehari-hari menjadi tambahan populer untuk makam. Dalam upaya untuk menduplikasi kegiatan hidup di akhirat, model ini menunjukkan buruh, rumah, perahu, dan formasi bahkan militer yang representasi skala akhirat yang ideal Mesir kuno.
 Your Ad Here

Meskipun homogenitas seni Mesir kuno, gaya dan tempat waktu tertentu kadang-kadang tercermin mengubah sikap budaya atau politik. Setelah invasi dari Hyksos pada Periode Menengah Kedua, 

Contoh yang paling mencolok dari perubahan politik didorong dalam bentuk seni berasal dari periode Amarna, di mana angka secara radikal diubah agar sesuai dengan Akhenaten 's ide-ide keagamaan revolusioner. Gaya ini, dikenal sebagai Amarna seni, dengan cepat dan menyeluruh terhapus setelah kematian Akhenaten dan digantikan oleh bentuk-bentuk tradisional.
. wacana



   seni sekarang seperti produk. Karena pengaruh mahluk yang namanya kapitalisme, industrialisasi, dan materialisme yang mengagungkan proses produksi, barang-barang seni dibuat menjadi produksi. Dibuat terus-menerus tanpa pencarian estetis dan kreativitas yang menjadi ciri dari karya seni. Kapitalisme senjatanya adalah uang. Semuanya diatur oleh peredaran uang terhadap semua pemain-pemain seni. Uang menjadi begitu berpengaruh sehingga menggadaikan idealisme, pencarian estetis dan kreativitas.
Kerangka kritik terhadap kondisi seni rupa yang impoten ini adalah otoritas kapitalisme industrialisasi seni sebagai wacana. Lanjutan dari wacana itu adalah lahirnya dominasi kekuasaan seni rupa dengan lawannya kelompok seniman kiri dengan menggulirkan wacana alternatif. Kekuasaan otoriter kapitalisme industrialisasi telah menjadi pakem dan darah daging untuk menciptakan kekuasaan kesenian yang ditanam kuat terhadap para pemain seni rupa. Tentu saja pemilik modal atau pemain dominan akan menebarkan pengaruhnya, sekali lagi dengan uang dan kekuasaan, yang menguasai ide dan tindakan para pemain seni lainnya.
Pemain seni rupa lainnya mau tidak mau masuk dalam lingkaran hitam pragmatis kapitalis dan industrialis ini. Posisi ini mereka ambil karena tidak punya kekuatan untuk melawan dan melakukan oposisi terhadap dominasi ini. Sikap yang ambigu dan mendua dirasakan seniman yang lainnya. Antara tetap memelihara idealis atau tercebur menjadi kapitalis. Bukan hanya seniman, semua pemain seni (rupa) juga telah mempraktikkan industrialisasi, tapi mereka menolak menyebut dirinya kapitalis.
Seniman sebagai kreator karya seni menjadi pemain pertama yang bergaya kapitalisme malu-malu ini. Sudah menjadi rahasia umum, jika perbincangan dan pergaulan seniman saat ini tidak lagi urusan pencarian jati diri estetis dan proses kreatif, seniman sangat asyik untuk membicangkan bagaimana perdagangan dan peta dominasi kapitalisme industrialisasi seni. Bagaimana cara melakukan trik-trik berdagang “produksi seni” dengan galeri, hubungan selingkuh dengan kurator dan membujuk kolektor berpengaruh untuk memunculkan karyanya. Sangat menyedihkan memang.
Akhirnya, memang pelukis sangat tergantung terhadap pasar, tentunya agar lukisannya laku diterima pasar dan pemegang dominasi perdagangan seni.
Wacana Kritik (Industri) Seni
Maka menjadi penting menghadirkan wacana-wacana dan karya-karya untuk membongkar kembali semua kebusukan kolektor dominan yang menempatkan seniman dan pemain seni rupa lainnya menjadi robot produksi repetisi karya seni. Bukankah karya seni bukan kondom yang bisa dicetak ulang terus menerus tanpa memikirkan proses kreatif bahkan pencarian estetis.
Pemain seni rupa (galeri, kurator, wartawan, spekulan, dsb.) di Bali telah lama terjangkit sindrom besar kapitalis ini. Ditambah lagi dengan wacana dominasi yang intens terus ditularkan pada seniman muda. Disamping dominasi estetis dikuasai oleh seniman senior, kurator/kritikus, kini masalah lebih kompleks daripada sebelumnya adalah pengaruh kuat industrialisasi, kapitalisme, dan uang. Bingkai kapitalisme ini terus didorong dengan menciptakan hegemonik dalam semua elemen seni yang ada. Misalkan saja, seniman muda, lembaga akademik, museum, galeri, spekulan, dsb.
Karena menjadi bagian proses industrialisasi, seni menjadi bukan barang sakral lagi. Nasib seni, jika masih masuk lumpur kapitalisme industrialisasi, sama dengan kondom, sepatu Nike, susu kaleng dan barang produksi lainnya. Maka seni bukan lagi karya langka, estetis, kreatif, bahkan kata orang Bali metaksu.
Maka, permainan dan bisnis seni rupa melahirkan usaha untuk menciptakan ikon seni rupa terus menerus. Lahirlah wacana menggoreng. Seperti layaknya orang menggoreng, maunya sendiri dengan menambahkan apa yang mereka (pemegang dominasi) kehendaki. Goreng-menggoreng dalam dunia seni juga ada. Istilah ini sangat populer di Yogyakarta.
Proses menggoreng dimulai dari seniman senior yang menjadi panutan dan laris manis. Nyoman Gunarsa, Erawan, Wianta, Sika, untuk memberi contoh pelukis “panutan”yang laris manis di Bali. Karya-karya mereka selalu ditunggu dan menjadi rebutan kolektor. Masih ingat bagaimana Erawan diminta berkarya lagi, asalkan bertema Pralayamatra. Lukisannya sebelumnya laku keras sampai ada yang memesan ke rumahnya. Seniman dengan segala cara berusaha untuk merebut hati pasar yang dikuasai oleh kolektor berpengaruh yang mudah saja memainkan pasar. Tentunya seniman harus berusaha merebut hati pemain seni rupa lainnya (kolektor, galeri, kritikus berpengaruh). Seniman berkarya over produktif. Hubungan dengan seniman yang lain menjadi “aneh”, saling cemburu, bersaing, dan berlomba-lomba untuk menonjolkan diri.
Proses berlangsung mengakibatkan seniman tergantung bagaimana “gorengan” pasar terhadap dirinya. Tentunya menunggu reaksi dari kolektor berpengaruh.Pemain seni rupa inilah yang bertindak sebagai tukang goreng yang memainkan seniman sesuai dengan selera dan kehendak hatinya. Kolektor berpengaruh ini punya kongsi yang bisa sepakat untuk menaikkan harga seniman tertentu. Otoritas kolektor berpengaruh ini
Akhirnya, peta pasar menjadi kacau dibuatnya. Konsumen lain, yang berada diluar pemain dominasi tadi menjadi gamang dan tidak punya acuan tegas untuk menilai terhadap karya-karya yang ada. Konsumen minoritas ini mau tidak mau terpengaruh terhadap permainan industrialisasi sebesar-besarnya yang diterapkan oleh kolektor dominan tadi. Akhirnya, perkembangan seni menjadi kacau. Para pedagang seni menambahkan nilai kesan (image) yang luar biasa terhadap dagangannya.


  • Tentang kami 2 manusia gila yang beranggotakan Aan Samitra dan Sonny Hendrawan menghimpun kekuatan dalm BAD MAN Colaboration Finishing ARtREA yang nantinya akan mengisi dan menghidupkan aktifitas kesenian khususnya di kota SOLO.
    Tanpa didasari oleh finansial yang kuat,kami cukup muak dengan adanya sistem-sistem yang terprogram dalam formalisme di kesenian solo.


    .

    Lahir tanpa buaian kasih sayang kesenian yang sekarang cenderung menuju di paham-paham uangisme, doktrinisme dan kapitalisme  saat ini.
. pengetahuan

                                perkembangan seni rupa hindu

Kebudayaan Hindu berasal dari India yang menyebar di Indonesia sekitar abad pertama Masehi melalui kegiatan perdagangan, agama dan politik. Pusat perkembangannya di Jawa, Bali dan Sumatra yang kemudian bercampur (akulturasi) dengan kebudayaan asli Indonesia (kebudayaan istana dan feodal). Prose akulturasi kebudayan India dan Indonesia berlangsung secara bertahap dalam kurun waktu yang lama, yaitu dengan proses:a. Proses peniruan (imitasi)b. Proses Penyesuaian (adaptasi)c. Proses Penguasaan (kreasi).
1. Ciri – Ciri Seni rupa Indonesia Hindua. Bersifat Peodal, yaitu kesenian berpusat di istana sebagai medi pengabdian Raja (kultus Raja)b. Bersifat Sakral, yaitu kesenian sebagai media upacara agamac. Bersifat Konvensional, yaitu kesenian yang bertolak pada suatu pedoman pada sumber hukum agama (Silfasastra)d. Hasil akulturasi kebudayaan India dengan indonesia
2. Karya Seni Rupa Indonesia Hindua. Seni Bangunan:1) Bangunan CandiCandi berasala dari kata “Candika” yang berarti nama salah satu Dewa kematian (Dugra). Karenanya candi selalu dihubungkan dengan mnumen untuk memuliakan Raja yang meninggal contohnya candi Kidal untuk memuliakan Raja Anusapati, selain itu candi pula berfungsi sebagai:- Candi Stupa: didirikan sebagai lambang Budha, contoh candi Borobudur- Candi Pintu Gerbang: didirikan sebagai gapura atau pintu masuk, contohnya candi Bajang Ratu- Candi Balai Kambang / Tirta: didirikan didekat / ditengah kolam, contoh candi Belahan- Candi Pertapaan: didirikan di lereng – lereng tempat Raja bertapa, contohnya candi Jalatunda- Candi Vihara: didirikan untuk tempat para pendeta bersemedhi contohnya candi SariStruktur bangunan candi terdiri dari 3 bagian- Kaki candi adalah bagian dasar sekaligus membentuk denahnya (berbentuk segi empat, ujur sangkar atau segi 20)- Tubuh candi. Terdapat kamar – kamar tempat arca atau patung- Atap candi: berbentuk limas an, bermahkota stupa, lingga, ratna atau amalakaBangunan candi ada yang berdiri sendiri ada pula yang kelompok. Ada dua system dalam pengelempokan candi, yaitu:- Sistem Konsentris (hasil pengaruh dari India) yaitu induk candi berada di tengah – tengah anak – anak candi, contohnya kelompok candi lorojongrang dan prambanan- System membelakangi (hasil kreasi asli Indonesia )yaitu induk candi berada di belakang anak – anak candi, contohnya candi penataran2) Bangunan puraPura adalah bangunan tempat Dewa atau arwah leluhur yang banyak didirikan di Bali. Pura merupakan komplek bangunan yang disusun terdiri dari tiga halaman pengaruh dari candi penataran yaitu:- Halaman depan terdapat balai pertemuan- Halaman tengah terdapat balai saji- Halaman belakang terdapat; meru, padmasana, dan rumah DewaSeluruh bangunan dikelilingi dinding keliling dengan pintu gerbangnya ada yang berpintu / bertutup (kori agung) ada yang terbuka ( candi bentar)- Pura agung, didirikan di komplek istana- Pura gunung, didirikan di lereng gunung tempat bersemedhi- Pura subak, didirikan di daerah pesawahan- Pura laut, didirikan di tepi pantai3) Bangunan Puri
Puri adalah bangunan yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan pusat keagamaan. Bangunan – bangunan yang terdapat di komplek puri antara lain: Tempat kepala keluarga (Semanggen), tempat upacara meratakan gigi (Balain Munde)
                                painting
                         war in the world


Dimensi          : 275 x 125 cm
Medium          : Acrylic, Oil, Ink, Marker on Canvas
Tahun             : 2011

Karya seni lukis dengan judul War in the World merupakan visualisasi dari apa yang terjadi saat ini. Banyaknya konflik berkepanjangan yang tak kunjung berakhir. Hal ini disebabkan krisis ekonomi global yang di alami saat ini dan banyaknya pelangaran HAM  yang memicu konflik peperangan pada suatu kepemimpinan.
Berawal dari apa yang telah terjadi dengan adanya Perang Dunia I (PD I) dan Perang Dunia II (PD II) yang menjadi saksi sejarah pada masa itu. Banyaknya korban peperangan yang berdampak pada tewasnya nyawa-nyawa yang tidak berdosa. Hampir kurung waktu beberapa dekade hingga saat ini konflik peperangan masih saja terjadi.
Harus berapa lama lagi akan terjadi peperangan dan berapa banyak nyawa yang  tidak berdosa lagi akan mati? Apakah akan terulang lagi dengan terjadi Perang dunia III?
Untuk sebuah kepemimpinan baru yang akan nantiinya membawa perdamaian bagi manusia.







     beberapa hasil kerja karya saya.
          mix media on canvas





















              drawing on paper





























        hot periode300x300 cm ( 3 panel )
 proses karya saya.sekarang sudah berada di amerika.













Jean-Michel Basquiat lahir di New York pada 22 Februari 1960, ayahnya adalah dari Haiti, ibunya adalah Puertorican. Pada tahun 1978 Jean-Michel Basquiat, bersama dengan temannya Al Diaz, memulai karir seninya sebagai sprayer grafiti di jalanan kota New York, ia menandatangani graffitis nya "SAMO", yang merupakan singkatan dari "Sial tua Sama". Dia mencari nafkah dengan menjual kartu pos dicat dan T-shirt, ia membuat kumpulan dari besi tua. Dia segera memanggil perhatian dari adegan seni New York. Basquiat memenuhi Keith Haring dan Kenny Scharf, yang keduanya menemukan inspirasi dalam adegan grafiti. 
Sangat otentik lukisan Jean-Michel Basquiat yang gaya, bahwa ia telah mendaftar ke kertas dan kanvas pada 1980-an, membuatnya menjadi bintang hampir malam. Pada tahun 1980 Jean-Michel Basquiat turut dalam "Tampilkan Times Square", yang mendapatkan dia banyak perhatian. Pada tahun 1981 kritikus seni René Ricard menerbitkan artikel "Anak Radiant" di majalah "Artforum". Breakthhrough sebagai seorang seniman akhirnya terjadi ketika ia berpartisipasi dalam pameran "New York / New Wave" di PS1. tahun yang sama. Pada usia 21 Jean-Michel Basquiat adalah artis termuda yang diundang untuk pameran documenta di Kassel terkenal. Pameran di Eropa, Jepang dan Amerika Serikat mengikuti dan mendapatkan dia di seluruh dunia pengakuan, karya-karyanya yang populer dengan kritikus, kolektor dan seniman lainnya. 
Pada tahun 1984 Jean-Michel Basquiat mendapat tahu Francesco Clemente dan Andy Warhol, dengan siapa dia bekerja bersama-sama. Andy Warhol tidak hanya menjadi pelindung, tetapi juga seorang teman dekat. 
Jean-Michel Basquiat meninggal karena overdosis heroin pada 12 Agustus 1988. Julian Schnabel potret artis dalam "Basquiat" Film tahun 1996.